dr. Asyera Respati A. Wundalero, Anggota DPD RI dapil Nusa Tenggara Timur (NTT) saat bawakan materi pada Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan |
Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan itu di hadiri oleh Himpunan Mahasiswa Sumba sejumlah 150 orang mahasiswa.
Anggota DPD RI dapil Nusa Tenggara Timur (NTT) itu mengatakan bahwa, karena nilai-nilai Pancasila selama ini telah terbukti mampu menjadi perekat bangsa Indonesia yang sangat beragam dan plural baik dari sisi etnis dan budayanya maupun dari sisi keberagaman agamanya,
"Pancasila mampu menghadirkan persatuan dan kesatuan dibawah naungan NKRI. Nilai-nilai yang ada pada Pancasila tidak pernah ada yang bertolak belakang dengan keberadaan etnis, budaya dan agama yang ada. Pancasila berada pada posisi di tengah-tengah, tidak ke manapun. Nilai-nilai yang ada pada Pancasila sangat kompleks yaitu didalamnya tercantum nilai-nilai agama, kepercayaan dan adat-istiadat, kemanusiaan, persatuan dan demokrasi serta budaya yang saling melengkapi satu sama lainnya.
Oleh karena itu, setiap anak bangsa Indonesia wajib bangga dan memahami serta menanamkan nilai-nilai ideologi Pancasila dengan mengimplementasikan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari." Ujar dr. Asyera.
Menurutnya, Indonesia menganut paham konstitusionalisme, di mana rakyat memegang kedaulatan tertinggi. Dalam sejarah perjalanan Indonesia, bangsa ini pernah menggunakan berbagai konstitusi, seperti UUD Tahun 1945, UUD RIS, UUD Sementara, kembali UUD Tahun 1945, hingga UUD NRI Tahun 1945.
"Semua telah teruji dengan baik. Perlu dipahami, kita memiliki konstitusi yang bisa diandalkan dari waktu ke waktu. Perubahan dari UUD 1945 menjadi UUD NRI Tahun 1945 terjadi karena tuntutan reformasi. Meski demikian, amandemen yang terjadi tidak boleh mengubah pembukaan UUD dan bentuk NKRI. Amandemen juga dilakukan untuk memperkuat sistem presidensial, selain memperkuat model perlindungan Hak Asasi Manusia." Katanya saat membawakan materi dalam kegiatan sosialisasi Empat pilar kebangsaan.
Sementara itu, ia menambahkan bahwa kebhinekaan adalah tugas kita semua khususnya generasi muda dalam mewujudkan kebhinekaan yang harmonis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
"Dan ini sudah seharusnya diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Toleransi merupakan karakter dasar yang harus dimiliki oleh setiap warga negara sesuai makna Bhineka Tunggal Ika. Toleransi memiliki makna saling menghormati antar agama, suku bangsa, menghargai hasil karya orang lain, bergotong-royong membangun bangsa tanpa memandang perbedaan suku dan agama yang ada, tidak saling membedakan bahkan mencaci karena hal ini dapat menimbulkan konflik dan menjadi sumber atau awal pemecah kesatuan bangsa. " Bebernya
Lebih Lanjut, dr. Asyera Respati A. Wundalero, berdarah sumba Barat itu mengatakan bahwa,
"Saya melihatnya hal ini masih terjadi, karena pada beberapa keadaan Bhineka Tunggal Ika hanya sebatas semboyan, namun belum melembaga pada suatu komunitas tertentu. Seringkali hanya bersifat seremonial semata dan prasangka serta curiga masih mendominasi alam pikiran kita. Hal ini terkait dengan modal sosial yang belum produktif dalam sebuah komunitas tertentu." Tutur anggota DPD RI dapil Nusa Tenggara Timur periode 2019-2024 itu.
Sambungnya, Generasi muda harus paham dan memunculkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kesehariannya. Salah satu upaya menanamkan Pancasila melalui sosialisasi.
"Mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda tidak bisa dengan paksaan atau doktrinisasi. Kita harus bisa menyelami suasana hati generasi muda. Generasi muda harus diberi semangat dan harapan untuk meraih prestasi. Bahwa kelak dengan berprestasi akan menjadi generasi yang mampu dan handal. Banyak cara untuk menyelami jiwa dan naluri generasi muda, diantaranya bisa melalui olah raga, musik, tatap muka atau ‘nge-date’, agar tidak monoton dan menjenuhkan." Tutupnya.
Red/AH