Emanuel Melkiades Laka Lena bersama mitra kerja BKKBN, Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting di Aula Gedung Wanita Betelalenok Atambua |
Melki Laka Lena, sapaan akrab Emanuel Melkiades Laka Lena saat menyampaikan materi secara virtual mengatakan saat ini pemerintah sedang berupaya melakukan program percepatan penurunan Stunting, dengan salah satu program yaitu makanan sehat. Tetapi menurut Melki Laka Lena, untuk program ini belum sepenuhnya berjalan efektif karena peran serta masyarakat dalam mendukung program ini masih sangat kurang.
"Program makanan sehat ini kenapa tidak berjalan efektif karena ketika makanan sehat ini dimasak atau disediakan oleh pemerintah orang tua tidak merespon dengan baik untuk datang dan mengambil makanan tersebut, bahkan makanan sehat tersebut harus diantara ke rumah, lebih parahnya lagi setelah makanan sampai di rumah ada yang tidak sampai makan, hal ini yang menyebabkan program ini tidak berjalan dengan baik dan membuat anak Stunting tetap kekurangan gizi," Kata Melki.
Dikatakan Melki Laka Lena kerja penurunan stunting ini bisa berhasil apabila masyarakat turut membantu.
“Jadi kerja Stunting ini jangan dilihat sebagai program pemerintah. Kerja program stunting ini harus dilihat sebagai sebagai perpaduan antara program pemerintah dan gerakan masyarakat. Kalau tidak ada gerakan masyarakat secara masif yang membantu pemerintah, rasanya mau kita turunkan semua aparat pemerintah maupun TNI/POLRI juga terlibat, itu juga masih sulit tanpa partisipasi dan peran juga dari masyarakat yang hebat,” Harapan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI.
Dwi Indrastuti juga mengatakan stunting tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dicegah. Ia menjelaskan yang harus dilakukan orang tua pada masa 1000 HPK adalah Selama kehamilan, ibu konsumsi gizi yang seimbang, Ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali (dianjurkan 6-8 kali), Memberikan stimulasi pada janin dalam kandungan, Memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan, dilanjutkan dengan MP-ASI s/d usia 2 tahun, Memperkenalkan makanan bergizi pada anak sesuai dengan usia, Memberikan stimulasi (rangsangan) pada anak sesuai dengan usianya dan memantau perkembangan anak pada Kartu Kembang Anak (KKA).
Untuk remaja putri, Dwi Indrastuti menganjurkan agar selalu menjaga nutrisi seimbang (Pola hidup sehat) dan konsumsi Tablet Tambah Darah TTD.
Sementara Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Belu, Maria Sabina Mau Taek dalam kesempatan itu menyampaikan Sejak Tahun 2018 hingga Tahun 2023 prevalensi Stunting di Kab. Belu mengalami penurunan sebesar 15,85% dengan rata-rata penurunan 3,17% per tahun.
Dijelaskan Maria, dari pelaksanaan operasi timbang pada bulan agustus 2023, balita stunting untuk kabupaten Belu sebanyak 1.984 BALITA atau 11.1%.
Maria menjelaskan, kebijakan Pemerintah Kab. Belu dalam Percepatan Penurunan Stunting yakni menetapkan desa/kelurahan prioritas penanganan stunting di Kab. Belu serta pengalokasian anggaran untuk penanganan stunting di kab. Belu baik yang bersumber dari APBN, APBD, APBDes, NGO/LSM, dan CSR.
Red/AH