Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melki Laka Lena dalam Kampanye Percepatan Stunting Tingkat Kabupaten/Kota di GKS Jemaat Pametikarata |
Melki Laka Lena, sapaan akrab Emanuel Melkiades Laka Lena dalam kesempatan ini mengatakan Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Dikatakan Melki Laka Lena stunting terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih.
“Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam, juga dipengaruhi oleh pola asuh yang kurang baik terutama pada aspek perilaku, terutama pada praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita. Selain itu, stunting juga dipengaruhi dengan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih. Asupan gizi seimbang pada ibu hamil dan balita diperlukan dalam mencegah malnutrisi dan stunting pada anak. Gizi yang baik adalah pondasi bagi anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal," Kata Melki dalam Kampanye Percepatan Stunting Tingkat Kabupaten/Kota di GKS Jemaat Pametikarata Kabupaten Sumba Timur.
Sekretaris BKKBN NTT, Mikhael Yance Galmin mengatakan Salah satu kunci utama dalam penanganan masalah stunting yaitu pola pengasuhan sejak 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dimulai sejak terbentuknya janin pada masa kehamilan (270 hari ) sampai dengan anak berusia 2 tahun ( 736 hari ). Menurut Yance, pada periode inilah organ-organ penting dan sistem tubuh mulai terbentuk dengan pesat mulai dari kesehatan saluran cerna, perkembangan organ metabolik, perkembangan kognitif pertumbuhan fisik dan kematangan sistem imun.
“Oleh sebab itu periode 1000 hari pertama kehidupan ini disebut dengan dengan istilah periode emas. Dampak pada masa periode emas ini akan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang buah hati hingga dewasanya. Asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi dan berlangsung dalam waktu lama disebut dengan stunting yang akan mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia 2 tahun,” Tuturnya.
Sementara Kabid Pengendalian Penduduk Dinas P3AP2KB Kab Sumba Timur, Nyoman Yumartini, SE, mengatakan berdasarkan hasil pencatatan pada aplikasi e-PPGBM penimbangan bulan Agustus 2023 jumlah balita stunting sebanyak 2.677 anak (11,8 persen) yang tersebar di 22 Kecamatan.
Ia menjelaskan untuk mencapai target penurunan prevalensi stunting, diperlukan upaya percepatan lintas program dan lintas sektor. Menurut Nyoman, sejak Oktober-Desember 2023, kegiatan penimbangan dan pengukuran balita wajib dilakukan pada e-PPGBM sehingga dapat dipantau tumbuh kembang anak sehingga dapat mencapai target 10 persen prevelensi stunting.
Selain itu menurutnya, Bupati Sumba Timur telah meminta semua Pemerintah Desa dalam perencanaan penggunaan dana desa tahun 2024 dapat memprioritaskan penanganan stunting, gizi buruk dan yang lainnya.
Red/AH